Petani Ngablak Bangkitkan Harapan Lewat Bit Merah: Menembus Supermarket dengan Sayuran Premium

0
image

Petani Ngablak Bangkitkan Harapan Lewat Bit Merah: Menembus Supermarket dengan Sayuran Premium (JatengNOW/Dok)

MUNGKID, JATENGNOW.COM – Di lereng sejuk Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, para petani menemukan peluang emas dari ladang mereka—bukan lewat komoditas biasa, tapi lewat bit merah. Dengan semangat inovatif dan kerja sama, mereka menjadikan sayuran nonlokal ini sebagai jalan menuju pasar kelas menengah dan modern.

Eko Manunggal, Ketua Kelompok Tani Mutiara Organik, mengisahkan perubahan besar yang dialami kelompoknya. Dulu bertumpu pada sayuran konvensional seperti kubis dan sawi, kini sekitar 20 petani anggota kelompoknya memilih bertani sayuran premium seperti bit merah, bayam Jepang, letucce romain, dan kale.

“Bit merah lebih stabil harganya dan mudah perawatannya. Panennya cepat, hanya 50 hari. Kami bisa kirim 200 kilogram sayur segar setiap hari ke penyuplai supermarket di Malang, Surabaya, sampai Sumatera,” ujar Eko di Dusun Kenteng, Desa Sumberejo.

Di tengah fluktuasi harga sayur di pasar lokal, para petani ini menyasar ceruk pasar premium dengan standar ketat. Untuk itu, mereka menerapkan sistem tani plasma dan jadwal tanam bergilir agar pasokan sayuran tetap tersedia setiap hari tanpa mengorbankan kualitas.

Standar supermarket memang menantang. Bit merah, misalnya, harus memiliki ukuran seragam: empat buah per kilogram. Bayam Jepang grade A harus setinggi 35-40 cm dengan daun bersih tanpa bercak. Namun, hasil panen yang tak memenuhi grade A pun tetap bisa diserap oleh pasar modern lain dan industri rumahan.

“Panen kami tak ada yang terbuang. Semua hasil diserap, meski bukan grade A. Kuncinya di komitmen bersama menjaga kualitas,” terang Eko.

Tak hanya menjual segar, Desa Sumberejo juga mengolah bit merah menjadi teh celup bernama Bieten Tea. Bekerja sama dengan UKSW Salatiga, produk ini menjadi inovasi baru desa. Meski masih menghadapi tantangan pemasaran, Subandi selaku Kepala Desa optimistis pengolahan ini akan memberi nilai tambah besar bagi petani.

“Bit merah punya potensi besar di desa kami. Kami harap ada dukungan pemerintah untuk membuka akses pasar lebih luas,” ujarnya.

Dari ladang bit merah di Ngablak, sebuah kisah tumbuh—kisah para petani kecil yang berani melangkah di luar kebiasaan, menggenggam peluang dari tanah mereka, dan menyentuh pasar modern dengan tangan sendiri. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *