Pameran Seni “Reproduksi” Hidupkan Kembali Fragmen Budaya Tionghoa-Peranakan di Lasem

Pameran Seni "Reproduksi" Hidupkan Kembali Fragmen Budaya Tionghoa-Peranakan di Lasem (JatengNOW/Dok)
REMBANG, JATENGNOW.COM – Aura sejarah dan budaya begitu terasa di Museum Nyah Lasem ketika pameran seni rupa bertema “Reproduksi” resmi dibuka pada Jumat (29/8/2025). Pameran yang berlangsung hingga 7 September 2025 ini tidak sekadar menampilkan karya seni, tetapi juga menghadirkan kembali fragmen budaya Tionghoa-Peranakan yang kian memudar.
Salah satu karya yang mencuri perhatian pengunjung adalah altar Dewa Dapur, simbol spiritual yang dahulu lazim ditemukan di rumah-rumah warga Tionghoa. Kini, keberadaannya sudah jarang ditemui. Seniman Isni Rinjani menghadirkan kembali altar tersebut melalui riset dan rekonstruksi. “Saya banyak berdiskusi dengan para juru masak, mempelajari tradisi rewang, lalu merekonstruksi ulang altar dan suasananya,” jelas Isni.
Setiap sudut museum disulap menjadi ruang dialog antara masa lalu dan masa kini. Di ruang tengah, terpajang sebilah keris dengan warangka bermotif ukiran Klenteng Cu An Kiong, klenteng bersejarah di Lasem. Motif tersebut tidak hanya menampilkan estetika, tetapi juga simbol keterhubungan budaya.
Karya visual imajinatif juga turut ditampilkan, salah satunya milik Sesil Mariyani. Ia menginterpretasikan sosok dewi samudra dalam berbagai fase usia, terinspirasi dari pengalamannya mengunjungi Klenteng Cu An Kiong. “Saya membayangkan dewi samudra dari berbagai umur, ada juga lukisan binatang mitos kilin, campuran naga dan macan, serta lungma yang merupakan gabungan kuda dan naga,” ujarnya.
Panitia pameran sekaligus pembina Yayasan Lasem Heritage, Agni Malagina, menyebut kegiatan ini menjadi ruang sosialisasi pelestarian budaya. “Pameran ini bukan hanya soal seni, tapi juga soal pelestarian dan pengenalan kembali warisan budaya Lasem,” tutur Agni.
Selain di Museum Nyah Lasem, pameran juga berlangsung di Museum Batik Tiga Negeri. Di sana, pengunjung dapat melihat reproduksi batik dari awal 1900-an, sebagai penanda kesinambungan antara tekstil dan narasi budaya Lasem yang kaya.
Pameran ini menghadirkan karya seniman dari Rembang, Yogyakarta, hingga Jakarta, yang bersama-sama menafsirkan ulang jejak budaya Tionghoa-Peranakan melalui seni rupa. (jn02)