Hasil Lab Ungkap Menu MBG di Banjaran Jepara Aman, Penyebab Keracunan Masih Misteri

0
WhatsApp Image 2025-09-30 at 13.50.31_31a2727a

Hasil Lab Ungkap Menu MBG di Jepara Aman, Penyebab Keracunan Masih Misteri (JatengNOW/Dok)

JEPARA, JATENGNOW.COM – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah memastikan tidak ditemukan bakteri penyebab keracunan pada menu makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikonsumsi 35 siswa di Banjaran, Bangsri, Kabupaten Jepara.

Kepastian tersebut berdasarkan hasil uji laboratorium sampel makanan di Balai Laboratorium Kesehatan dan PAK Provinsi Jawa Tengah, Jalan Soekarno Hatta, Semarang. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, menyampaikan hal ini pada Selasa (30/9).

“Hasil lab tidak ada bakteri dalam menu MBG yang menyebabkan keracunan anak-anak di Banjaran Bangsri Jepara,” ujarnya.

Sampel yang diperiksa adalah menu MBG yang dikonsumsi para siswa pada Selasa (23/9), yakni nasi putih, ayam kecap, sayur tumis jagung-buncis-wortel, susu kotak, dan buah melon potong. Sampel tersebut diambil dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Banjaran Bangsri yang melayani program MBG untuk 3.554 siswa dari 40 sekolah di tiga desa, yaitu Banjaran, Banjaragung, dan Srikandang.

Bupati Jepara Witiarso Utomo melalui Ketua Satgas Percepatan Program MBG Kabupaten Jepara, M. Ibnu Hajar, juga menegaskan hal yang sama. Menurutnya, dengan hasil laboratorium yang keluar, dapat dipastikan gejala pusing, mual, dan lemas yang dialami siswa bukan berasal dari menu MBG.

“Jadi clear kalau dari sampel menu MBG hasilnya negatif. Secara logika, dalam sehari menu untuk 3.554 siswa dari 40 sekolah itu sama, tapi mengapa yang mengalami gejala mayoritas hanya dari SDN 1 Banjaran. Bisa saja anak-anak itu mengonsumsi makanan lain, kita kan tidak tahu,” jelas Wakil Bupati Jepara tersebut.

Ia menambahkan, Pemkab Jepara bersama Satgas MBG terus memantau pelaksanaan program agar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). SPPG juga dipastikan sudah memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) yang menjamin keamanan pangan dari proses pengolahan hingga penyajian.

“Mulai dari tempat masak atau dapur, bahan masakan, pengolahan hingga penyajian harus sesuai SOP,” tegasnya.

Selain itu, para siswa penerima program diingatkan untuk mengonsumsi makanan MBG maksimal empat jam setelah disajikan.

“Jadi mestinya tidak boleh dibawa pulang, tapi langsung disantap di sekolah agar tetap layak konsumsi, bergizi, dan sehat,” tandas Gus Hajar. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *