Gus Raharjo: Guru Besar Mencerdaskan Anak Bangsa, Grace Menyesatkan Masyarakat Indonesia

0

Gus Raharjo: Guru Besar Mencerdaskan Anak Bangsa, Grace Menyesatkan Masyarakat Indonesia. (jatengNOW/dok)

JAKARTA, JATENGNOW.COM – Pegiat media sosial (medsos) Septian Raharjo menyoroti pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie, yang menyebut sivitas akademika sejumlah kampus yang mengkritik Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), kemungkinan pendukung pasangan calon (paslon) capres-cawapres selain nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Pria yang akrab disapa Gus Raharjo ini mengunggah tangkapan layar portal berita online yang memberitakan pernyataan Grace Natalie berjudul ‘Akademisi di Sejumlah Kampus Kritik Jokowi, PSI: Mungkin Mereka Pendukung Paslon Tertentu’.

Dalam gambar hasil tangkapan layar itu, Gus Raharjo menuliskan kalimat ‘Guru besar mencerdaskan anak bangsa, Grace menyesatkan masyarakat Indonesia’.

Menurutnya, pernyataan Grace semakin menunjukan bahwa partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep ini sangat ingin bisa berkuasa sehingga menempuh segala cara untuk mematikan akal sehat, nalar dan logika masyarakat.

“PSI saking ngebetnya berkuasa begini ini jadinya. Menempuh jalur isntan dengan mematikan akal sehat, nalar dan logika,” tulisnya dalam keterangan foto yang dia unggah di akun instagramnya, @gus_raharjo, Rabu (7/2/2024).

Menurutnya, Guru besar dan juga para sivitas akademika merupakan guru bangsa, penjaga nurani dan etika. Tidak semestinya, kata Gus Raharjo, kader PSI mengeluarkan statement seperti itu.

Diungkapkan Gus Raharjo, seharusnya pernyataan sikap dari para guru besar dan sejumlah sivitas akademika menjadi pengingat bahwa demokrasi di negara ini sedang tidak bai-baik saja. Gus Raharjo sangat menyayangkan pernyataan Grace Natali yang justru menyesatkan.

“Ingat Mbak grace, Guru Besar Itu Mencerdaskan Kehidupan Anak Bangsa … kenapa anda sangat Hina Dengan Keputusan Mereka Hanya karena anda Pendukung Prabowo dan Pemdukung Anak Presiden,” tulis Gus Raharjo.

Diberitakan sebelumnya, menjelang pencoblosan pemilihan presiden 2024, sejumlah guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengeluarkan pernyataan sikap. Para sivitas akademika mengkritik kondisi demokrasi di era Jokowi yang dinilai mengalami kemunduran.

Pernyataan sikap ini diawali oleh UGM, yang tak lain merupakan kampus almamater Jokowi. Pada 31 Januari 2024, para guru besar, dosen, mahasiswa, serta alumni UGM menyampaikan petisi Bulaksumur.

Dalam petisi tersebut, mereka merasa prihatin dengan tindakan sejumlah penyelenggara negara di berbagai lini yang dinilai menyimpang dari prinsip-prinsip moral, demokrasi, kerakyatan, serta keadilan sosial. Para sivitas akademika UGM juga menyinggung pelanggaran etik di Mahkamah Konstitusi (MK).

“Kami menyesali tindakan-tindakan menyimpang yang baru saja terjadi di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Universitas Gadjah Mada (UGM),” ujar perwakilan sivitas akademika UGM, Prof Koentjoro, di Balairung UGM, Sleman, Yogyakarta, membacakan petisi.

“Pelanggaran etik di Mahkamah Konstitusi, keterlibatan sejumlah aparat penegak hukum dalam proses demokrasi perwakilan yang sedang berjalan, dan pernyataan kontradiktif Presiden Jokowi tentang keterlibatan pejabat publik dalam kampanye politik antara netralitas dan keberpihakan merupakan wujud penyimpangan dan ketidakpedulian akan prinsip demokrasi,” lanjut guru besar psikologi UGM itu.

Dalam petisi tersebut, Jokowi diingatkan agar berpegang teguh pada jati diri UGM yaitu menjunjung tinggi nilai Pancasila serta memperkuat demokratisasi.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *