Pertemuan Antara Megawati dan Prabowo, Aria Bima Ungkap Dinamika dan Kewajaran Kepemimpinan
SOLO, JATENGNOW.COM – Dalam konteks wacana pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, politikus senior Aria Bima memberikan pemahaman yang lebih dalam.
Dalam keterangannya di Solo pada Senin (8/4), Aria Bima menyatakan bahwa Megawati sudah memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi dinamika politik.
Menurut Aria Bima, Megawati tidak dapat didikte atau didesak oleh keadaan, mengingat beliau memiliki perhitungan yang cermat terkait dengan pertemuan tersebut.
“Maka Ibu (sapaan akrab Mega) tidak bisa didikte atau didesak keadaan. Itu yang saya tahu dari Bu Mega. Dia punya perhitungan yang cermat, termasuk perlu tidaknya bertemu Pak Prabowo,” ujarnya.
Lebih lanjut, Aria Bima juga menilai bahwa Megawati memiliki kewajaran dalam menentukan timing pertemuan.
“Bu Ketum itu bukan tipe orang yang ditentukan, tapi Ibulah yang menentukan timing-nya kapan ketemu, dengan siapapun. Dan itu karakter kepemimpinan yang beliau tunjukkan. Sampai hari ini tipenya lebih menentukan untuk bertemu dan kapan bertemunya, begitu juga dengan siapa bertemunya,” katanya.
Sementara itu, Aria Bima menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada masalah pribadi yang menjadi dasar pertemuan antara Megawati dan Prabowo.
“Jadi menurut saya nggak usah membikin opini. Sebab saya melihat ini tidak bisa dikerangkakan. Bisa saja setelah putusan MK, tapi bukan berarti keputusan MK mempengaruhi keputusan Bu Mega. Bukan berarti juga keputusan MK menentukan keputusan Bu Mega bertemu Prabowo,” tegasnya.
Aria Bima juga menampik spekulasi bahwa dasar pertemuan ini bergantung pada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Menurutnya, Megawati memiliki pertimbangan yang lebih luas sebelum bertemu dengan Prabowo, tidak hanya terkait putusan MK tetapi juga hal-hal lainnya.
Di samping itu, Aria Bima mengungkapkan bahwa Mbak Puan (Puan Maharani) menyatakan pasti akan ada pertemuan, namun tanpa ada keinginan untuk memaksakan keputusan atau terlibat dalam pembagian kekuasaan.
“Tidak usah disusu-susu (diburu-buru). Tidak usah dikerangkakan juga, apalagi terkait bagi-bagi kekuasaan atau PDIP ingin masuk ke pemerintahan. Bu Mega tahu persis bagaimana kondisi kebatinan PDIP yang mengusung Ganjar-Mahfud dan skenario kepemimpinan ke depan,” tandasnya. (jn02)