ACFFest Semarang, Edukasi Anti-Korupsi Lewat Film Pendek

0

ACFFest Semarang, Edukasi Anti-Korupsi Lewat Film Pendek (JatengNOW/Dok)

SEMARANG, JATENGNOW.COM – Festival Film Anti-Korupsi (ACFFest) yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI telah berusia satu dekade. Acara ini menjadi sarana edukasi masyarakat tentang anti-korupsi melalui film pendek.

Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2013, ACFFest telah menjadi wadah bagi generasi muda untuk berkarya dan menghasilkan puluhan karya audiovisual tentang anti-korupsi.

Pada tahun ke-10 ini, KPK RI menggelar Roadshow Movie Day ACFFest di 10 kota di Indonesia, salah satunya di Semarang. Acara yang berlangsung di Cinepolis Java Mall pada Jumat (14/6/2024) ini menayangkan tiga film pendek, yaitu “Kronik Puriwicara”, “Pelat Merah”, dan “Terciduk”.

Antusiasme masyarakat, khususnya generasi Z dan milenial, cukup tinggi terhadap acara ini. Usai pemutaran film, diadakan talkshow yang menghadirkan perwakilan KPK RI Dotty Rahmatiasih, sineas muda Indonesia Ismail Basbeth, dan finalis ACFFest 2024 sekaligus sutradara “Kronik Puriwicara”, Riza Pahlevi.

Dotty Rahmatiasih menyampaikan bahwa ACFFest merupakan wadah bagi anak muda untuk menuangkan ide dan keresahan mereka tentang anti-korupsi melalui film.

“Jadi, bukan hanya film, tapi pesan anti-korupsi itu bisa tersebar luas di masyarakat. Harapannya pesannya sampai dengan cara yang lebih efektif,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dotty menuturkan bahwa semua film ACFFest dapat diakses oleh masyarakat melalui YouTube. Selain itu, film-film tersebut juga akan diputar di berbagai acara KPK yang diselenggarakan di daerah-daerah.

“Semua film bisa dilihat di YouTube, tapi kami juga putar di tiap kegiatan di daerah untuk menjangkau masyarakat yang kesulitan akses internet,” tambahnya.

Menurut Dotty, film-film yang masuk dalam ACFFest patut diapresiasi karena memberikan edukasi tentang bahaya korupsi.

“Korupsi itu bukan hanya mencuri uang, tapi ada juga politik uang. Jadi, para pembuat film ini kreatif, ada banyak bentuk-bentuk korupsi yang harus diketahui masyarakat. Termasuk, ada juga film yang bercerita tentang politik uang,” paparnya.

Riza Pahlevi, sang sutradara “Kronik Puriwicara”, menceritakan bahwa filmnya berawal dari ide dua orang kakak beradik bernama Panji dan Dewi yang hidup di keluarga kerajaan. Mereka dihadapkan pada dilema saat keduanya sama-sama dicalonkan menjadi wali kota.

Panji, sang anak laki-laki, merupakan calon potensial dibandingkan adik perempuannya. Namun, Panji melakukan praktik politik uang untuk memastikan kemenangannya.

Tim sukses Panji menyebarkan semacam kartu kredit kepada masyarakat dan panitia pemilihan. Praktik busuk ini berhasil dibongkar oleh bendahara kerajaan sesaat setelah penghitungan suara selesai. Panji yang awalnya menang, akhirnya harus didiskualifikasi dan digantikan oleh Dewi.

“Jadi, korupsi itu bukan hanya mengambil atau mencuri uang, tapi ada praktik-praktik lain. Saya berharap ruang-ruang seperti ACFFest ini bisa terus berlanjut,” tandasnya. (jn02)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *