Batik Pegon Karya Anak Difabel Kebumen Mendunia, Rumah Inklusif Jadi Wadah Pemberdayaan

Batik Pegon Karya Anak Difabel Kebumen Mendunia, Rumah Inklusif Jadi Wadah Pemberdayaan (JatengNOW/Dok)
KEBUMEN, JATENGNOW.COM – Aroma pewarna dan corak batik khas terpancar di Rumah Inklusif Kebumen, Kampung Panggel, Desa Kembaran. Di antara meja-meja kerja dan alat tulis, sekelompok anak penyandang disabilitas sibuk membatik dengan penuh konsentrasi. Hasil karya mereka, batik pegon, kini telah menembus pasar dunia, tampil di pameran internasional di Singapura hingga Turki.
Keberhasilan ini menarik perhatian Ketua Dekranasda Jawa Tengah sekaligus Bunda Forum Anak Nasional Jateng, Nawal Arafah Yasin. Saat mengunjungi Rumah Inklusif Kebumen, Selasa (16/9/2025), Nawal tidak sekadar berkeliling. Ia ikut membeli berbagai produk busana dengan motif aksara pegon atau Jawa Kuno, sekaligus menyaksikan anak-anak difabel memperagakan busana hasil karya mereka.
“Rumah Inklusif ini telah mendampingi banyak anak disabilitas, dari pendidikan hingga mereka dilatih menghasilkan karya, yaitu batik khas pegon,” ujar Nawal.
Yang membuatnya terkesan, setiap motif batik menyimpan filosofi mendalam. Beberapa motif mengandung pesan anti-bullying dan anti-kekerasan, seperti gambar tangan yang memuat tulisan anti-bullying, menegaskan pentingnya membangun budaya positif sejak dini.
Peragaan busana yang melibatkan anak-anak difabel membuat suasana semakin hidup. Mereka berjalan dengan percaya diri, menampilkan busana hasil karya mereka sendiri. Nawal juga memanfaatkan kunjungan untuk bedah buku Pesantren Anti-Bullying dan Kekerasan Seksual, yang ditulisnya sendiri, dengan harapan nilai anti-bullying dapat diterapkan di lingkungan difabel.
“Dengan jaringan seperti Difabel Zone, harapannya anak-anak bisa memiliki karya, usaha kecil menengah, dan menjadi berdaya,” kata Nawal, mendukung semangat berkarya para penyandang disabilitas.
Koordinator Rumah Inklusif Kebumen, Muinatul Khairiyah, menjelaskan bahwa yayasan ini menjadi wadah bagi penyandang disabilitas mengembangkan potensi diri, agar menjadi pribadi mandiri meski memiliki keterbatasan. Program yang dijalankan mencakup batik pegon, seni dan budaya, kewirausahaan, hingga pertanian. Lebih dari 100 penyandang disabilitas telah dibina di sini.
Batik pegon sendiri kini memiliki 16 motif unggulan. Produk ini telah dipamerkan di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, serta ajang internasional di Turki (2022) dan fashion show di Singapura (2023).
“Kami para orang tua berharap anak-anak kami bisa menjadi mandiri dan sukses,” kata Muinatul Khairiyah, mengakhiri kunjungan yang sekaligus menjadi semangat baru bagi pemberdayaan difabel di Kebumen.
Rumah Inklusif Kebumen bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga panggung bagi anak-anak difabel untuk menunjukkan kreativitas, membangun kepercayaan diri, dan menembus batasan melalui karya yang bermakna. (jn02)