BBPOM dan DPR RI Edukasi Masyarakat Rembang Terkait Keamanan Obat dan Antibiotik

BBPOM dan DPR RI Edukasi Masyarakat Rembang Terkait Keamanan Obat dan Antibiotik (JatengNOW/Dok)
REMBANG, JATENGNOW.COM – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang bersama Komisi IX DPR RI menggelar kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terkait keamanan penggunaan obat di Pendapa Museum RA Kartini, Rembang, Sabtu (12/7/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat yang aman dan bertanggung jawab.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, mengatakan bahwa edukasi semacam ini penting untuk memperluas pemahaman masyarakat mengenai kandungan, cara penggunaan, serta efek samping obat. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya memperhatikan aturan pakai obat sebelum mengonsumsinya.
“Kita terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk kesadaran masyarakat. Tidak hanya soal makanan sehat, tetapi juga bagaimana memahami obat dengan benar. Untuk itu, kita bersama BBPOM hadir di sini,” ujar Edy.
Dalam sesi edukasi tersebut, Ketua Tim Inspeksi BBPOM Semarang, Purwaningdyah Reni Hapsari, menyoroti pentingnya penggunaan antibiotik secara tepat guna mencegah resistensi antimikroba. Ia menegaskan bahwa kebiasaan menghentikan konsumsi antibiotik sebelum dosisnya habis menjadi salah satu penyebab utama resistensi.
“Rata-rata pasien berhenti minum antibiotik saat merasa sembuh. Padahal antibiotik harus dihabiskan sesuai resep, jika tidak bisa menyebabkan resistensi. Ini berbahaya karena membuat obat tidak lagi efektif di masa mendatang,” jelas Reni.
Ia juga menambahkan, pemberian antibiotik tidak diperlukan untuk penyakit ringan seperti flu, terutama pada anak-anak. Reni menekankan pentingnya memberi kesempatan bagi tubuh membentuk antibodi secara alami tanpa intervensi berlebihan dari obat.
“Jika sedikit-sedikit minum antibiotik tanpa resep dokter, tubuh jadi kurang membentuk antibodi. Akibatnya, semakin sering sakit karena ketergantungan obat,” tambahnya.
Reni juga mengenalkan konsep farmakovigilans, yaitu kegiatan pengawasan terhadap efek samping obat dan vaksin. Ia menyebutkan bahwa masyarakat perlu mengetahui bahwa efek samping obat bisa bersifat terduga maupun tidak terduga, dan keduanya wajib dilaporkan.
“Efek samping terduga biasanya tercantum di kemasan obat. Tapi yang tidak terduga ini sering luput dari perhatian. Melaporkan keduanya penting agar risiko terhadap pasien bisa diminimalkan,” pungkasnya.
Kegiatan KIE ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Rembang dalam penggunaan obat-obatan secara tepat, serta menjadi langkah konkret dalam menjaga kualitas layanan kesehatan dan keselamatan pasien. (jn02)