Di Era Digital yang Serba Cepat, Media Massa dan Agensi Harus Putar Otak agar Tetap Relevan

CEO Volare Advertising Network, Pradhana Harsaputera Sidharta (JatengNOW/Dok)
SURABAYA, JATENGNOW.COM – CEO Volare Advertising Network, Pradhana Harsaputera Sidharta, memaparkan tantangan terkini yang dihadapi agensi dan media massa, baik online maupun lokal, dalam sesi ketiga Local Media Community (LMC) 2025. Perubahan perilaku konsumen dan lanskap media yang didorong oleh digitalisasi menjadi kunci utama adaptasi.
Pradhana menyoroti perubahan audiens yang sangat dinamis. Produk dan konten harus selalu menyesuaikan diri dengan keinginan konsumen yang terus berkembang. Ia mencontohkan bagaimana fenomena konser Coldplay di Jakarta memicu perubahan tren pemasaran yang signifikan.
“Setiap hari konsumen kami mengalami perubahan. Kenapa klien menuju ke digital? Karena perkembangan dari era itu sendiri, terlebih lagi setiap era ikut berubah,” ujar Pradhana.
Dulu, agensi fokus pada penyebaran iklan seluas mungkin. Kini, mereka dituntut untuk memahami audiens dari berbagai generasi (Boomer, Milenial, Z, Alpha) yang memiliki preferensi berbeda dalam mengonsumsi konten.
“Audien juga mengalami perubahan. Kita selalu mengalami new advertising channel, salah satunya shop commerce strategy. Agency membuat short video karena audiens menonton hal itu saja, makin ke sini brand besar mulai meninggalkan e-commerce player dan mereka buat sendiri,” lanjutnya.
Perubahan ini menuntut agensi untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Mereka harus mampu menciptakan iklan yang relevan dengan berbagai platform dan selera audiens yang berbeda.
“40 persen GenZ melakukan search di TikTok. Tiap bulan agency me-refresh channel, tiap bulan mencari ide untuk beradaptasi dengan audiens, agency juga membuat iklan se-shuttle mungkin dengan beradaptasi dengan konsumen. Hal itulah yang saat ini membuat agency bekerja keras dan memutar otak,” imbuhnya.
Di tengah tantangan ini, media lokal memiliki peluang besar untuk berkembang dengan memperkuat komunitas lokal mereka. Informasi yang bersifat komunal masih sangat dicari oleh berbagai merek.
“Semua informasi yang bersifat community, membuat banyak brand–brand yang masih mencari. Mas Pradana saya kalau misalkan pengen nyari ibu-ibu yang sukanya memasak gimana? Ya memerkuat lebih ke memasak di daerah Surabaya itu apa aja. Setiap demografi sedikit-cepat karena memang secara kalau kita ngomongin semua, kami lihat jika memang hal-hal itu dikawinkan dengan sebuah konten media yang kebetulan akan memperkuat, jadi kalau mau ngomong jika ingin memanfaatkan untuk teman-teman komunitas-komunitas itu,” jelasnya.
Media massa online juga harus proaktif memperkuat jejaring media sosial mereka untuk meningkatkan branding dan menjangkau audiens yang lebih luas.
“Mereka (produk) saat ini lebih mencari media-media yang cukup besar, misalkan memang ada kesempatan dari media lokal membuat new distribution channel membuat new channel untuk pengembangan media untuk mendapatkan, adalah memperkuat melalui sosial medianya masing-masing,” bebernya. (jn02)