DP3AKB Kabupaten Semarang Lakukan Audit Stunting, Temukan 21 Kasus di Dua Desa

0
image-49

DP3AKB Kabupaten Semarang Lakukan Audit Stunting, Temukan 21 Kasus di Dua Desa (JatengNOW/Dok)

UNGARAN, JATENGNOW.COM – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Semarang melaksanakan audit stunting semester II tahun 2024 di dua desa dengan risiko tinggi. Audit ini bertujuan mengidentifikasi dan menyusun langkah konkret dalam penanganan stunting di wilayah tersebut.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3AKB Kabupaten Semarang, Dwi Saiful Noor Hidayat, menjelaskan bahwa penanganan stunting dilakukan secara intensif dengan pendekatan personal melalui data by name by address untuk bayi usia di bawah dua tahun (baduta). Hal ini bertujuan memastikan intervensi yang diberikan sesuai kebutuhan individu.

Audit yang dilakukan di Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, dan Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, menemukan 10 baduta mengalami kondisi tubuh pendek dan 11 lainnya memiliki berat badan kurang. Selain itu, 16 baduta di desa tersebut belum memiliki asuransi kesehatan (BPJS).

“Kami akan segera menindaklanjuti hasil ini, terutama untuk membantu mereka mendapatkan kartu kepesertaan BPJS,” ujar Saiful dalam rapat pemaparan hasil audit di Aula Kantor DPU Kabupaten Semarang, Selasa (19/11/2024).

Audit juga mengidentifikasi adanya calon pengantin (catin) dengan anemia dan kekurangan energi kronik (KEK). Selain itu, 15 ibu hamil di dua desa tersebut juga dilaporkan mengalami masalah kesehatan serupa, yang berpotensi meningkatkan risiko stunting pada bayi yang akan lahir.

Meski angka prevalensi stunting di Kabupaten Semarang relatif rendah, yakni 3,1 persen pada September 2024, data ini tetap memerlukan perhatian serius. Angka ini merupakan yang terendah kedua di Jawa Tengah setelah Kota Semarang.

“Meski ada penurunan, kita tetap berkomitmen untuk menekan angka stunting hingga mendekati zero stunting,” tegas Saiful.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Semarang, Basari, mengimbau petugas penyuluh lapangan KB dan tenaga kesehatan di Puskesmas untuk bekerja dengan penuh keikhlasan dalam menangani kasus stunting.

“Memang hampir semua pekerjaan mengharapkan upah, tetapi untuk penanganan stunting, saya berharap Bapak/Ibu bekerja dengan hati nurani demi kemanusiaan,” ujar Basari. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *