Ajak Milenial dan Gen-Z Cerdas Memilih Pemimpin, Pegiat Medsos Prihati Utami: Tunjukkan Kita Adalah Generasi Cerdas

0

ilustrasi Gen-Z (JatengNOW/istockphoto)

SOLO, JATENGNOW.COM – Masa kampanye pemilihan presiden (Pilpres) 2024 sudah dimulai 28 November 2023 hingga 75 hari ke depan. Pada masa kampanye inilah para peserta Pilpres 2024 diberi kesempatan untuk meyakinkan pemilih dengan ide dan gagasan masing-masing.

Pegiat media sosial (medsos), Prihati Utami, pun mengajak para calon pemilih, terutama kalangan milenial dan Gen-Z agar cerdas dan kritis dalam memilih calon presiden dan calon wakil presiden 2024. Sebab, dalam pesta demokrasi kali ini, 50 persen lebih pemilih adalah kalangan milenial.

Ia menuturkan, dalam kontestasi Pilpres 2024, ada satu di antara tiga cawapres yang mengklaim mewakili anak muda namun justru memberikan contoh tidak baik bagi generasi muda. Cawapres tersebut justru menabrak aturan, melanggar kode etik berat, serta memanfaatkan kekuasaan orangtua demi memuluskan nafsunya.

Sementara, pasangannya yang umurnya terpaut dua kali lipat dari usianya, dipaksakan tampil kekinian dengan branding ‘gemoy’. Meski usia pasangannya sudah berkepala tujuh, namun dipaksakan tampil joget-joget ala TikTok dengan harapan disukai anak muda.

“Gen Z, adalah Anak-anak yang lahir di era yang sudah maju dengan teknologi, semua serba digital dan canggih. Tentu, anak-anak muda ini harusnya bisa lebih aktif, kreatif dan tentu saja kritis,” kata Prihati melalui tulisan yang diunggah di akun fanspagenya, Senin (4/12/2023).

Prihati mengaku prihatin dengan strategi capres dan cawapres yang berusaha membodohi generasi muda. Padahal, sebagai calon pemimpin negara, para capres dan cawapres ini semestinya menyampaikan gagasan dalam isi visi-misi mereka.

“Sebab, akan dibawa ke mana negara ini nantinya, jika semuanya hanya gimik-gimik, joget-joget gemoy, tanpa disertai gagasan yang jelas dan terarah. Apalagi ditempuh dengan jalur yang ngawur dan tidak benar,” terangnya.

Dia menuturkan, memang tidak ada aturan yang melarang gimik dan joget-joget dalam kampanye. Namun, hal itu menunjukan capres dan cawapres tersebut miskin gagasan.

“Atau yang diunggul-unggulkan gagasan ngasih makan dan susu gratis. Uang dari mana?” ujar pegiat media sosial dengan jumlah pengikut lebih dari 147 ribu orang ini.

Prihati mengatakan, kualitas capres dan cawapres bisa dilihat dari pernyataan yang disampaikan dalam berbagai acara. Dari pernyataan tersebut, masyarakat bisa menilai mana sosok capres yang tidak memilki gagasan dan hanya menjual janji politik untuk pencitraan.

“Ditanya soal anak-anak muda banyak yg depresi, solusinya makan gratis, ditanya penurunan stunting dijawab solusinya makan gratis juga, lalu bagaimana mewujudkan anak-anak Indonesia yang kuat kalau semua solusinya katanya makan gratis. Dan katanya nih, klo mereka jadi, program ini akan dilakukan dengan menggeser anggaran pendidikan. Lahhh….coba cek deh, anggaran pendidikan selama ini buat apa. Ngacooo emang..”tulisnya.

Dengan berbagai program yang tidak masuk akal itu, pasangan capres dan cawapres ini telah meremehkan rakyat. Rakyat dicecoki dengan hal-hal instan yang hanya diterima sesaat.

“Bahaya lho, nanti kita bisa terlena dan terpesona dengan kebijakan dangkal itu dan terlena bahwa negara ini ternyata hanya dimanfaatkan sekelompok orang saja. Kamu mau kita seperti itu?,”ungkapnya.

Oleh sebab itu, dia berharap para millenial dan Gen-Z sebagai generasi yang akan menjawab tantangan bonus demografi dan menyongsong Indonesia Emas 2045 bisa berpikir kreatif, mempunyai banyak gagasan, dan daya pikir kritis.

“Tunjukkan kita adalah generasi-generasi cerdas yang dibutuhkan dalam pembangunan bangsa kedepan. So, wake up….!!,” ajaknya.

Ia menambahkan, jika pasangan ini terus menerus menyuguhkan gimik joget sama artinya dengan menganggap masyarakat Indonesia bodoh. Sebab, hanya dengan gimik dan joget-joget, ava lucu, cengengesan tanpa adu gagasan, sudah cukup untuk membuat mereka populer.

“Nganggapnya kita-kita ini gak butuh ide dan gagasan dalam membangun bangsa, jadi ya manut aja bangsa ini mau dibawa kemana. Mereka nganggap kita ini bodoh semua apa ya???,” tanyanya.

Perempuan berkacamata ini juga mengajak generasi muda agar sadar, bahwa pesta demokrasi bukan hanya sekadar pesta yang selesai begitu saja ketika berakhir. Sebab, pesta demokrasi ini yang menjadi penentu nasib bangsa dan negara lima tahun ke depan, serta menentukan nasib jutaan warga.

Sebagai pasangan yang mengklaim mewakili generasi muda, semestinya memiliki gagasan dan program untuk mewadahi kreativitas anak-anak muda di masa depan. Bukan hanya memasang baliho bergambar foto hasil rekayasa serta membuat gimik joget-joget gemoy.

“Ditanya a jawabnya b. Masalahnya d, kasih solusinya z. Kita punya masalah di timur, eh dia bilang di selatan bisa selesaikan semuanya. Giliran ditanya agak kritis dikit, mayah-mayah eh esmosi. Diminta adu gagasan di depan publik, ngeles mulu. Gak mau hadir. Capek deh……” kata Prihati mengakhiri tulisannya. (jn02)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *