Keraton Kasunanan Solo Setujui Revitalisai Masjid Agung dan Siti Inggil Kidul, Proyek Dimulai Dengan Anggaran Rp 14 Miliar
SOLO, JATENGNOW.COM – Proyek besar revitalisasi Masjid Agung Solo dan kawasan Siti Inggil Kidul resmi dimulai setelah Keraton Kasunanan Solo memberikan persetujuan. Kesepakatan tersebut dicapai melalui penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Keraton dan Pemerintah Kota Solo, yang berlangsung di Keraton pada Senin (12/8/2024).
Penandatanganan MoU melibatkan dua pihak utama: Lembaga Dewan Adat (LDA) yang mewakili Keraton Kasunanan Solo dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo sebagai perwakilan Pemerintah Kota. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua LDA, GKR Wandansari, serta pejabat dari DPUPR.
“Penandatanganan MoU ini adalah langkah penting dalam proses revitalisasi Masjid Agung dan Siti Inggil Kidul. Kami berharap perbaikan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya dan sesuai jadwal,” ungkap GKR Wandansari, yang juga dikenal dengan nama Gusti Moeng.
Menurut GKR Wandansari, kerusakan signifikan pada tiang-tiang utama Masjid Agung akibat serangan rayap memerlukan penanganan segera. Kerusakan ini telah menyebabkan penundaan dari jadwal awal yang direncanakan untuk dimulai pada akhir Juli lalu.
Di sisi lain, Siti Inggil Kidul, yang sebelumnya berfungsi sebagai kandang Kebo Bule keturunan Kyai Slamet, juga akan mengalami revitalisasi. Gusti Moeng menambahkan bahwa beberapa tiang di Siti Inggil Kidul sudah mengalami kerusakan serius akibat serangan rayap dan hanya ditambal sementara dengan semen.
Proyek revitalisasi ini akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 14 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memperbaiki struktur utama Masjid Agung, termasuk menara, kuncup, dan gapura, serta menata kembali bekas kios dan lanskap sekitarnya. Sementara itu, penataan Siti Inggil Kidul akan difokuskan pada perbaikan lanskap kawasan tersebut.
Kepala Bidang Cipta Karya DPUPR Kota Solo, Agus Haryadi, mengungkapkan bahwa dana proyek ini sebagian besar berasal dari hibah Uni Emirat Arab (UEA).
“Revitalisasi ini sangat penting untuk menjaga kelestarian bangunan bersejarah dan memastikan fungsinya tetap optimal. Fokus utama kami adalah memperbaiki struktur yang mengalami kerusakan serta penataan lanskap di Siti Inggil Kidul,” jelas Agus. (jn02)