Keraton Kasunanan Surakarta Gelar Wilujengan Nagari Sesaji Mahesa Lawung, Simbol Moderasi Beragama

SOLO, JATENGNOW.COM – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melaksanakan tradisi Wilujengan Nagari Sesaji Mahesa Lawung pada Kamis (31/10/2024). Rangkaian acara yang berlangsung di kompleks Keraton Solo dan Alas Krendowahono, Karanganyar, ini melibatkan para pengageng dan abdi dalem yang membawa sesaji dalam arak-arakan sambil memanjatkan doa untuk keselamatan bangsa.

Kegiatan dimulai dengan mengarak beberapa sesaji yang mengelilingi Keraton Solo. Sesaji kemudian berhenti di Kori Widjilkalih untuk doa bersama, sebelum melanjutkan perjalanan ke Alas Krendowahono menggunakan kendaraan rombongan. Tradisi ini, menurut Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo, merupakan warisan budaya sejak zaman Kerajaan Demak, yang dulu dikenal dengan nama Sesaji Raja Weda atau Sesaji Raja Suya.

“Tradisi ini bahkan dipercaya sudah ada sejak sebelum masuknya agama-agama ke Indonesia, dan pada masa Kerajaan Demak, prosesi ini berbeda dari ritual Islam,” ungkap KGPH Dipokusumo.

Sunan Kalijaga, tokoh Islam di Jawa, kemudian memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam acara ini untuk mendukung harmoni agama dan budaya di masyarakat.

KGPH Dipokusumo menekankan pentingnya menjaga tradisi ini demi pelestarian budaya dan sebagai bentuk moderasi beragama.

“Tradisi ini memadukan unsur Islam, Kejawen, dan Hindu-Buddha, sehingga ada pesan untuk menghargai keberagaman,” jelasnya.

Wilujengan Nagari Sesaji Mahesa Lawung membawa simbol-simbol alam, yang antara lain mencakup bumi, makanan, gunung, laut, tanaman, hingga hewan seperti kerbau, atau “Mahesa” dalam bahasa Jawa.

“Simbol ini mencakup pula elemen-elemen seperti pemikiran cerdik pandai, suasana iklim, keyakinan, dan keagamaan. Semua itu adalah doa untuk lingkungan dan keharmonisan,” lanjutnya. (jn02)

About Author