Kericuhan Mengwarnai Perayaan Sekatenan di Keraton Kasunanan Surakarta
SOLO, JATENGNOW.COM – Perayaan Sekatenan yang digelar di halaman Masjid Agung, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo pada Senin (9/9/2024) mengalami kericuhan antar pihak internal Keraton Kasunanan Solo. Insiden ini terjadi saat prosesi ngungelaken gangsa sekaten, atau penabuhan Gamelan Sekaten, sekitar pukul 13:50 WIB.
Menurut informasi yang dihimpun, kericuhan bermula ketika Rizki, bersama rombongannya yang mengenakan beskap putih, mendatangi Bangsal Sekati, tempat di mana Gamelan Kyai Guntur Madu dibunyikan. Rizki langsung mendorong salah satu abdi dalem, KRT Rawang, yang berada di pintu masuk Bangsal Sekati.
Rizki memprotes bahwa penabuhan Gamelan Sekaten sudah dilakukan sebelum rombongannya tiba, yang memicu aksi saling dorong antara pihak Lembaga Dewan Adat (LDA) dan Sinuhun.
Ketua Eksekutif Lembaga Keraton Solo, K.P. Eddy Wirabhumi, menjelaskan bahwa kericuhan tersebut disebabkan oleh miskomunikasi antara pihak Sinuhun PB XIII dan LDA Keraton Kasunanan Solo.
“Saya mendengar dengan sangat keras dari speaker Masjid Agung bahwa yang diminta untuk mendawuhi ngungelaken gangsa adalah Kanjeng Sinawung. Namun, Mas Rizki datang dan menyatakan bahwa dia yang seharusnya melakukan tugas tersebut. Ini menyebabkan silang pendapat,” ungkap Eddy.
Meski terjadi kesalahpahaman, Eddy menegaskan bahwa perintah dari Pengageng Parentah Keraton Gusti Dipo tetap harus diikuti, sehingga mereka tetap hadir dalam acara tersebut.
“Ini adalah miskomunikasi yang seharusnya tidak terjadi. Namun, kami mengikuti dawuh dari Pangageng Parentah Keraton Gusti Dipo untuk hadir di acara ini,” jelasnya.
Eddy menambahkan bahwa lembaga yang dibentuk pada 2017 oleh Gusti Dipo dianggap tidak sah menurut putusan Mahkamah Agung (MA). Lembaga hukum yang sah adalah lembaga hukum Sinuhun tahun 2004.
“Lembaga yang ditetapkan Gusti Dipo sebagai Pangageng Parentah Keraton dalam acara ini melanggar hukum. Namun, kami berusaha mencari harmoni dan menjalankan acara dengan baik meski ada komunikasi yang kurang baik,” katanya.
Di sisi lain, Pangageng Parentah Keraton Solo, GPH Dipokusumo, menyatakan bahwa kericuhan terjadi akibat SOP (Standar Operasional Prosedur) yang tidak diikuti dengan benar.
“SOP-nya adalah Mantu Dalem KRA Baruno Aji Diningrat. Memang terjadi kesalahan SOP karena Gamelan Sekaten ditabuh sebelum Mantu Dalem hadir,” ujarnya.
Dipokusumo menegaskan bahwa insiden tersebut berlandaskan pada dawuh dalem dan mengaku bahwa akan dilakukan evaluasi lebih lanjut. “Intinya, kita harus melihat situasi dan mengikuti arahan yang ada,” tutupnya. (jn02)