Pemprov Jateng dan BI Gelar GPM Serentak di 5 Daerah, Luncurkan Program Subsidi Harga Pangan
SEMARANG, JATENGNOW.COM – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Bank Indonesia (BI) wilayah Jateng menggelar Gerakan Pasar Murah (GPM) serentak di lima daerah, yaitu Kota Semarang, Surakarta, Tegal, Kabupaten Banyumas, dan Cilacap.
GPM di Kota Semarang diadakan di halaman Kantor Kelurahan Pekunden pada Jumat (15/3/2024). Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana, hadir bersama OPD terkait dan Kepala BI Wilayah Jateng, Rahmat Dwisaputra.
“GPM pertama diadakan pada 8 Maret lalu. GPM kedua ini lebih efektif karena dilakukan serentak. Tujuannya untuk menjaga keterjangkauan masyarakat dalam membeli kebutuhan sembako dan menjaga kestabilan inflasi yang selama ini fluktuatif,” kata Pj Gubernur Nana Sudjana.
Nana menuturkan, GPM sudah dilakukan sebanyak 99 kali sejak Januari 2024. GPM akan terus diadakan hingga Hari Raya Idul Fitri dengan target 130 kali di 35 kabupaten dan kota. Pemprov Jateng bekerja sama dengan BI, Bulog, dan pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraannya.
“Kami juga bekerja sama dengan Polda untuk menjaga dan mengecek harga di masing-masing pasar. Jangan sampai ada kenaikan melonjak atau penimbunan yang tidak bertanggung jawab. Menjelang hari raya, banyak yang mudik. Sampai saat ini, komoditas di Jateng masih tercukupi,” lanjutnya.
Nana berharap GPM tidak berhenti sampai di sini, tetapi harus semakin masif dilakukan oleh kabupaten dan kota.
Pada kesempatan tersebut, Pj Gubernur Nana juga meresmikan program Subsidi Harga Pangan dari Pemprov Jateng. Program ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi.
“Penyaluran fasilitasi distribusi pangan diprioritaskan melalui 322 kios pangan murah di Jawa Tengah, dengan komoditas beras dan telur ayam ras,” ujar Nana.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari mengatakan, dalam GPM kali ini, sejumlah kebutuhan dijual murah.
“Kebutuhan yang disiapkan di GPM yaitu beras 33 ton, minyak 2.940 liter, gula 6,2 ton, telur 1,8 ton, dan cabai merah 100 kg,” jelas Dyah.
Dia menambahkan, program Harga Subsidi Pangan dilakukan di sembilan kabupaten pantauan inflasi, yaitu Cilacap, Purwokerto, Wonosobo, Wonogiri, Rembang, Kudus, serta Kota Surakarta, Semarang, dan Tegal.
“Program ini karena anggaran terbatas, jadi fokus di sembilan kabupaten pantauan inflasi. Itu pun dua kecamatan saja yang analisis petanya dipilih di daerah, dengan kerawanan pangan dan kemiskinan ekstrem. Itu yang jadi locus,” terang Dyah.
Pada program Subdisi Harga Pangan tahap awal, disalurkan beras, gula, dan telur melalui PT Jawa Tengah Agro Berdikari (JTAB). Sebanyak 90 ton beras, 7 ton gula, dan 7 ton telur disalurkan dalam program ini.
Pemprov Jateng memberikan subsidi beras Rp2.550 per kg, sehingga harga jual beras dari JTAB kepada masyarakat Rp12.500 per kg dengan jenis beras medium.
Subsidi juga diberikan untuk gula pasir (Rp2.550 per kg) dengan harga jual ke masyarakat Rp15 ribu per kg, dan telur (Rp3.650 per kg) dengan harga jual ke konsumen Rp27 ribu per kg.
“Program Subsidi Harga ini baru tahap awal. Kita ada anggaran Rp1 miliar. Nanti kalau di tahap awal sudah selesai, maka akan dievaluasi dan dilanjut tahap kedua. Kita lihat lagi di pantauan harga. Kan beras sekarang cenderung turun ya. Nanti ya beras tidak subsidi lagi. Ganti komoditas lain,” jelas Dyah. (jn02)