Pemuda Wonogiri Raih Perak di Asian Youth Para Games Berkat Program Mendobrak Batas
Pemuda Wonogiri Raih Perak di Asian Youth Para Games Berkat Program Mendobrak Batas (JatengNOW/Dok. NPCI)
DUBAI, JATENGNOW.COM – Perjalanan Imam Nur Shaleh, pemuda 17 tahun asal Jatisrono, Wonogiri, berubah sejak ia mengikuti program pencarian atlet disabilitas “Mendobrak Batas” yang digelar NPC Indonesia. Program tersebut membawanya hingga ke Asian Youth Para Games 2025 di Dubai, ajang internasional pertamanya sekaligus kesempatan pertama terbang ke luar negeri.
Shaleh terjaring dalam kegiatan Mendobrak Batas untuk wilayah Jawa Tengah pada 16 Mei 2025 di Gedung Olahraga FKOR Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Dari seleksi itu, ia dinyatakan memenuhi klasifikasi sebagai atlet para angkat berat dan langsung masuk pembinaan NPCI Jawa Tengah dalam Program Jangka Panjang Atlet Potensial (PJPAP).
Lima bulan lalu, Shaleh bahkan belum pernah menyentuh barbel. Namun, dengan pendampingan pelatih, ia mulai menjalani latihan intensif meski kerap harus menahan pegal di awal-awal masa berlatih.
“Sebelum adanya program mendobrak batas, kegiatan saya ya hanya main sama teman-teman, bersekolah dan aktivitas rumahan saja. Tidak ada pikiran untuk menjadi seorang atlet, apalagi sampai bertanding di luar negeri,” ujarnya saat ditemui di Dubai Club For People of Determination, Rabu (10/12/25).
Proses adaptasi latihan bukan hal mudah baginya. Ia harus mengatasi rasa pegal dan juga rasa malas yang kerap datang.
“Tantangan paling berat itu melawan kemalasan. Cara melawannya adalah dengan memotivasi diri sendiri bahwa saya bisa,” tutur Shaleh.
Perjuangan itu terbayar di Asian Youth Para Games 2025. Turun di kelas -54 kilogram putra kategori rookie, Shaleh mencatatkan angkatan terbaik 85 kilogram dalam pertandingan pada Rabu (10/12/25) pukul 13.00 waktu setempat. Angkatan tersebut mengantarkan Shaleh meraih medali perak.
“Saya terharu karena di pertandingan ini main dengan atlet-atlet Asia. Saya sempat berpikir ‘kok bisa ya meraih medali padahal baru berlatih lima bulan’. Dari awal saya tidak berekspektasi untuk dapat medali,” ucap Shaleh.
Sebelum bertanding, ia menghubungi keluarga untuk meminta restu. Dukungan itu membuatnya tampil percaya diri hingga meraih podium.
“Medali ini saya persembahkan kepada keluarga, tim pelatih, NPC Indonesia dan seluruh masyarakat Indonesia. Saya akan berlatih lebih giat lagi agar bisa meraih prestasi yang lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Shaleh kini memasang target untuk mengejar capaian atlet Uzbekistan, Bahriddin Kholbutaev, sang peraih emas kategori rookie dengan angkatan terbaik 105 kilogram. Ia juga optimistis bisa bersaing dengan para atlet muda Asia.
“Insya Allah kalau latihannya penuh semangat, saya yakin bisa (mengejar),” kata Shaleh.
Pelatih para angkat berat Indonesia, Coni Ruswanta, menyebut hasil yang diraih Shaleh merupakan kejutan positif mengingat masa latihannya yang masih sangat singkat.
“Saya melihat pesaingnya di kelas -54 kilogram ini berat-berat karena mungkin mereka sudah berlatih lebih lama, sementara atlet kita mungkin baru berlatih lima bulan. Raihan Shaleh ini menjadi kejutan tersendiri,” jelas Coni.
Program Mendobrak Batas sendiri terus berkembang. Hingga Desember 2025, lebih dari 2.600 atlet dari 19 provinsi sudah terdata, dan NPC Indonesia menargetkan program ini dapat menjangkau 35 provinsi. (jn02)
