Rekayasa Perampokan Demi Uang, Pria Ini Buat Heboh KCIC dan Gocar
JAKARTA, JATENGNOW.COM – Kehebohan terjadi setelah informasi seorang penumpang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCIC) mengaku dirampok sopir taksi online Gocar tersebar luas di media sosial. Namun, kejadian itu terungkap sebagai hoaks atau palsu setelah penyelidikan mendalam.
Raka Ihsan Arfiareza, penumpang yang menyebarkan informasi palsu tersebut, mengaku dirampok oleh sopir taksi online di Stasiun Tegalluar. Namun, setelah ditelusuri, informasi yang disampaikan Raka ternyata hanyalah karangan belaka atau hoaks.
Dalam klarifikasi yang beredar, Raka mengakui bahwa cerita perampokan itu adalah trik untuk meminta uang kepada orang tuanya. Video klarifikasi ini menegaskan bahwa kejadian perampokan tersebut sama sekali tidak terjadi.
“Saya Raka melakukan kebohongan dengan melaporkan perampokan seolah saya alami. Semua saya lakukan karena untuk meminta uang kepada orang tua untuk kepentingan pribadi. Saya minta maaf kepada kepolisian, KCIC, Gocar, dan instansi terkait atas berita bohong saya yang sudah viral,” ujar Raka saat klarifikasi dihadiri oleh petugas kepolisian.
Manajemen Gojek pun memastikan bahwa pengakuan Raka Ihsan tentang perampokan yang dilaporkan tidak benar atau hoaks. Guntur Arbiansyah, Head of Corporate Affairs Goto Central West Java, menjelaskan bahwa Gojek telah melakukan investigasi internal dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian.
“Dari investigasi internal kami, tidak ada di sistem Gojek adanya pemesanan layanan GoCar di Stasiun Tegalluar atas nama Raka yang mengaku sebagai korban perampokan,” jelas Guntur.
Terkait informasi tersebut, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) juga memberikan klarifikasi. Eva Chairunisa, Corporate Secretary KCIC, menyebut bahwa hoaks yang dibuat oleh Raka telah dipastikan setelah kepolisian menggali keterangan dari penumpang tersebut.
“Raka Ihsan Arfiareza telah membuat laporan palsu kepada orang tuanya. Rupanya laporan palsu tersebut beredar luas dan diyakini sebagai kebenaran,” ucap Eva.
Peristiwa ini menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam menyebarkan informasi di media sosial dan pentingnya verifikasi sebelum menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi opini publik. (jn02)