Rock in Solo XX, Dua Dekade Perjalanan Musik Rock di Kota Budaya

0

Rock in Solo XX, Dua Dekade Perjalanan Musik Rock di Kota Budaya (JatengNOW/Dok)

SOLO, JATENGNOW.COM – Festival musik legendaris Rock in Solo kembali menggebrak, kali ini menandai perjalanan 20 tahunnya di dunia musik rock Tanah Air. Mengusung tema A Journey of Rock in Solo XX, acara ini akan digelar pada Sabtu, 14 Desember 2024, di lokasi baru, Kali Pepe Land, Colomadu, Kabupaten Boyolali.

Stephanus Adjie, sosok di balik kemeriahan festival ini, mengatakan bahwa edisi ke-20 bukan hanya sebuah acara musik, tetapi juga refleksi atas perjalanan panjang sejak awal berdirinya di tahun 2004.

“Ini adalah bentuk rasa syukur kami kepada semua pihak yang selalu mendukung Rock in Solo. Tema tahun ini adalah perjalanan sekaligus penghormatan untuk semangat yang telah kami bawa sejak awal,” ujar Adjie dalam konferensi pers di Taman Balekambang, Solo, Senin (18/11).

Tak tanggung-tanggung, Rock in Solo XX akan menghadirkan 20 grup musik dari dalam dan luar negeri. Nama-nama seperti Wormrot (Singapura), Dark Mirror of Tragedy (Korea Selatan), Koil, Down for Life, Kapital, hingga Senja dalam Prosa sudah dipastikan mengisi daftar line-up.

Festival kali ini akan mengusung tiga panggung utama, masing-masing dengan konsep unik. Panggung Rajamala dikhususkan untuk band-band internasional, sedangkan Panggung XX membawa penampilan band lokal yang menjadi ciri khas Rock in Solo. Satu lagi, Panggung Sakjose, menawarkan eksplorasi genre alternatif seperti hip-hop, elektronik, dan noise, menghadirkan grup seperti Rhyme Protect dan Bengawan Noise Syndicate.

“Kami ingin memperlihatkan bagaimana Rock in Solo telah berevolusi dari sekadar festival musik rock menjadi ekosistem musik yang lebih inklusif,” tambah Adjie.

Bagi yang ingin hadir, tiket festival ini tersedia dalam beberapa kategori, mulai dari Early Bird yang dijual Rp20.000 (sudah ludes) hingga tiket On The Spot seharga Rp150.000. Tiket bisa dibeli secara online melalui platform Artatix mulai 17 November 2024.

Selain menikmati aksi panggung, pengunjung juga dapat menjelajahi area lain seperti Rockmarket, pasar suvenir dan pernak-pernik musik; Rockcon, diskusi santai bersama pelaku industri musik; hingga Community Space yang ramah untuk keluarga. Ada juga sesi Band Submission sebagai panggung untuk band baru yang ingin unjuk gigi.

Menurut Akhmad Ramdon, sosiolog urban dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Rock in Solo telah melalui tiga fase transformasi besar. Dimulai dari tahun 2004 sebagai euforia pecinta musik rock, berkembang menjadi festival besar di dekade pertamanya pada 2014, hingga kini menjadi wadah yang menggabungkan musik dengan budaya dan ekosistem kreatif, terutama setelah pandemi.

“Ini lebih dari sekadar festival musik. Rock in Solo adalah ruang budaya yang memadukan kreativitas dan keberagaman,” jelas Ramdon. (jn02)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *