Singkong Jateng Berpeluang Besar Kuasai Pasar Inggris dan Uni Eropa

Singkong Jateng Berpeluang Besar Kuasai Pasar Inggris dan Uni Eropa (JatengNOW/Dok)
SEMARANG, JATENGNOW.COM – Kementerian Perdagangan RI dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) terus memaksimalkan potensi ekspor singkong ke Inggris dan Uni Eropa. Hal ini didasari oleh produksi singkong Jateng yang menduduki urutan kedua terbesar di Indonesia dan peluang pasar yang masih terbuka luas.
Direktur Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia Kementerian Perdagangan, Wijayanto, menyampaikan hal tersebut dalam Sosialisasi Hasil Perundingan Perdagangan Internasional TRQ Manioc Indonesia ke pasar Uni Eropa dan Inggris yang diadakan di Gumaya Tower Hotel pada Jumat (14/6/2024).
Wijayanto menjelaskan bahwa pangsa pasar di Uni Eropa dan Inggris masih besar. Data menunjukkan, produksi manioc Indonesia mencapai lebih dari 2 juta ton, namun ekspornya ke Uni Eropa, khususnya Inggris, masih tergolong rendah.
“Sekarang ini pangsa ekspor ke Uni Eropa, khususnya UK (United Kingdom-Inggris), relatif belum terlalu tinggi. Masih besar peluang kita mengekspor ke United Kingdom,” ujarnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa Jawa Tengah merupakan wilayah kedua dengan produksi singkong terbanyak di Indonesia, setelah Lampung, dengan total produksi mencapai 2,4 juta ton.
Melihat potensi tersebut, Kemendag RI bersama Pemprov Jateng menyusun peta jalan untuk meningkatkan volume ekspor manioc ke Inggris dan Uni Eropa. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat.
“Tinggal kita persiapkan pelaku ekspornya, terutama produknya itu sendiri. Apakah perlu ditingkatkan kualitasnya, dari segi peraturan domestik di UK, seperti apa standar yang diterapkan, itu juga harus kita ikuti,” imbuh Wijayanto.
Lebih lanjut, Wijayanto menjelaskan bahwa singkong di Uni Eropa dan Inggris diolah menjadi berbagai produk, seperti pati (starch) dan olahan produk rendah gula untuk menjadi makanan sehat.
Sementara itu, Plh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng, Linda Widiastuti Ariningrum, mengatakan bahwa hal lain yang perlu ditingkatkan adalah konsistensi kuantitas produk. Menurutnya, hal ini penting untuk memastikan suplai kebutuhan pasar luar negeri yang stabil.
“Oleh karenanya, kami mewacanakan adanya Desa Devisa. Melalui program ini, nantinya desa-desa potensial dengan produk kualitas ekspor akan mendapatkan pendampingan,” terang Linda.
Pendampingan yang dimaksud, menurut Linda, tidak hanya dari sektor perindustrian dan perdagangan, tetapi juga sektor perbankan, pemberdayaan UKM, dan perizinan. (jn02)