Warga Bedono Bertaruh Harapan pada Tanggul Laut: Hidup 20 Tahun di Tengah Rob

0
image

Warga Bedono Bertaruh Harapan pada Tanggul Laut: Hidup 20 Tahun di Tengah Rob (JatengNOW/Dok)

DEMAK, JATENGNOW.COM – Harapan besar disematkan warga pesisir utara Pulau Jawa terhadap proyek giant sea wall (tanggul laut) yang saat ini tengah dikebut pengerjaannya oleh pemerintah pusat. Bagi warga Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, tanggul laut menjadi satu-satunya solusi permanen atas bencana rob yang telah berlangsung puluhan tahun.

Zamroni (50), tokoh masyarakat Dukuh Pandansari, mengungkapkan bahwa warga desa hampir kehilangan daya untuk terus bertahan dari gempuran air rob yang datang setiap hari. Ia sendiri sudah 20 tahun lebih hidup berdampingan dengan rob.

“Warga ingin sekali bencana rob ini sesegera mungkin teratasi. Masyarakat sini kalau ditanya tentang rob, mungkin sudah tidak bisa merasakan lagi apa itu rob, karena sudah terlalu lama terbiasa hidup di tengah rob,” tutur Zamroni saat ditemui di warung yang juga menjadi tempat tinggalnya bersama istri, Selasa (24/6/2025).

Zamroni menyadari bahwa penyedotan air atau pengerukan sungai hanya bersifat sementara. Satu-satunya harapan warga adalah proyek tanggul laut yang sedang dibangun di sekitar permukiman mereka.

“Warga tahu solusi jangka panjangnya hanya tanggul laut. Pemerintah juga sudah berusaha menangani dengan cara darurat, tapi kami sangat berharap tanggul ini selesai tepat waktu,” ujarnya.

Zamroni dulunya tinggal di RT 02 RW 04. Namun karena rob terus meninggi dari tahun ke tahun, ia memilih meninggalkan rumahnya yang kini tenggelam, lalu menumpang tinggal di lahan milik BBWS. Di sana ia membuka warung sejak 2015 hingga sekarang. Lokasi tersebut kini menjadi bagian dari proyek pembangunan jalan tol Semarang–Demak yang terintegrasi dengan tanggul laut.

“Rob paling parah itu mulai 2021. Setiap tahun warga selalu meninggikan rumah satu meter. Bahkan tidak sampai setahun, sudah meninggikan lagi. Lama-lama habis uangnya,” jelasnya.

Di sekitar Zamroni, ada warga yang masih bertahan, salah satunya Mbah Sumaerah (70). Ia tinggal bersama anak, menantu, dan dua cucunya dalam rumah papan yang setiap hari tergenang rob setinggi perut orang dewasa.

“Saya tinggal di sini sejak umur 15 tahun. Dulu rob tidak setinggi ini. Sekarang parah banget,” kata Mbah Sumaerah lirih.

Kondisi rumahnya memprihatinkan. Akses masuk harus melalui jembatan bambu dan papan yang licin. Di dalam rumah, hanya ada sedikit perabot, dan semua aktivitas dilakukan di atas genangan rob.

“Saya tidak punya uang untuk pindah. Minta bantuan juga tidak ada yang memberi,” ungkapnya pasrah.

Ia mengaku sudah mendengar soal tawaran relokasi, namun masih ragu karena takut terbebani biaya, meski diberi tahu akan dibangunkan rumah secara gratis.

“Makan saja susah. Kalau pindah nanti bayar pakai apa tanah dan bangun rumahnya?” ucapnya.

Kisah Zamroni, Mbah Sumaerah, dan warga lain menjadi potret nyata betapa mendesaknya solusi permanen bagi masyarakat pesisir utara Jawa. Mereka hanya berharap, pembangunan tanggul laut benar-benar tuntas dan membawa perubahan bagi masa depan kehidupan mereka yang lebih layak dan manusiawi. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *