Warga Tumplek Blek di Perang Obor, Tradisi Unik Jepara yang Bikin Merinding

0
WhatsApp Image 2025-06-10 at 09.28.54_bb97e974

Warga Tumplek Blek di Perang Obor, Tradisi Unik Jepara yang Bikin Merinding (JatengNOW/Dok)

JEPARA, JATENGNOW.COM – Ribuan warga memadati Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Jepara, Senin malam (9/6/2025), untuk menyaksikan tradisi budaya tahunan Perang Obor. Tradisi unik ini telah ditetapkan sebagai Kekayaan Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak tahun 2020.

Acara dimulai dengan kirab dua pusaka desa, yakni Pedang Gampang Sari dan Podang Sari, dari rumah Petinggi Tegalsambi, Agus Santoso. Kirab tersebut dipimpin oleh dua bayan leger, Didik dan Sak Dullah, bersama pasukan peserta perang obor serta pembawa api, Mat Budin. Rombongan kirab juga diikuti langsung oleh Bupati Jepara Witiarso Utomo dan jajaran Forkopimda.

Setelah kirab, Perang Obor secara resmi dibuka oleh Bupati Jepara dengan menyalakan obor pertama. Dalam sambutannya, Witiarso Utomo menyampaikan bahwa Perang Obor bukan sekadar tontonan, melainkan simbol identitas budaya masyarakat Jepara.

“Di balik kobaran api dan semangat para peserta, tersimpan nilai-nilai luhur tentang keberanian, kejujuran, solidaritas, dan doa keselamatan,” ujar Witiarso Utomo.

Ia menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan tradisi tersebut agar dapat menarik lebih banyak wisatawan, termasuk dari mancanegara.

“Kita tidak boleh berhenti pada kebanggaan semata. Saat ini, dunia pariwisata bergerak ke arah wisata berbasis budaya komunitas. Wisatawan tidak hanya mencari tontonan, tetapi pengalaman,” paparnya.

Tradisi Perang Obor berlangsung sekitar satu jam dan berakhir dengan kembalinya para peserta ke rumah petinggi. Di sana telah disiapkan minyak londoh untuk mengobati luka bakar ringan akibat terkena api. Menurut Agus Santoso, luka-luka peserta biasanya sembuh dalam waktu dua hari.

Agus menjelaskan bahwa Perang Obor merupakan ritual tolak bala yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur Desa Tegalsambi.

“Perang Obor ini adalah wujud rasa syukur masyarakat setelah mendapatkan anugerah panen yang melimpah. Kami memohon untuk diberikan keselamatan,” ujarnya.

Tradisi ini menjadi magnet budaya yang tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat identitas dan kebersamaan masyarakat lokal. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *