Melahirkan di Tengah Banjir: Kisah Heroik Oktaviyaningrum
DEMAK, JATENGNOW.COM – Oktaviyaningrum tak pernah membayangkan akan melahirkan di tengah kondisi banjir. Perempuan asal Kampung Krapyak, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak ini harus melalui perjuangan keras saat tanggul sungai di dekat rumahnya jebol akibat hujan deras.
Pada tanggal 17 Maret 2024, Okta merasakan mulas tanda-tanda persalinan. Usia kandungannya sudah memasuki sembilan bulan. Di luar rumah, banjir mulai menggenangi lingkungan sekitar. Suaminya, yang saat itu sedang membantu menutup tanggul, segera pulang untuk mendampinginya.
Dengan kondisi banjir yang semakin tinggi, Okta harus dibawa ke klinik persalinan menggunakan perahu karet. Perjalanan yang biasanya 30 menit menjadi lebih lama dan penuh debar-debar.
Setelah melahirkan, Okta dan suaminya sempat bingung akan pulang ke mana. Rumah mereka terendam banjir. Mereka memutuskan mengungsi di musala dekat rumah, namun kemudian dipindahkan ke Wisma Halim karena kondisi musala tidak ideal bagi ibu yang baru melahirkan.
Di Wisma Halim, Okta dan 216 pengungsi lainnya mendapatkan tempat yang aman dan fasilitas memadai. Kebutuhan air bersih, makanan, dan tempat ibadah terpenuhi. Okta pun tak merasa kesulitan memenuhi kebutuhan bayinya.
“Pelayanan di sini bagus, terpenuhi semua, kebutuhan bayi sama saya juga. Setiap hari dicek kesehatan. Tensi, semua. Kesehatan bayi juga semua dicek,” ungkapnya.
Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, yang meninjau langsung kamp pengungsian, mengatakan bahwa terdapat sekitar 24.600 pengungsi di Demak dan 5.800 pengungsi di Kudus.
“Hasil tinjauan kami, selama lima sampai enam hari mereka mengungsi, mereka masih dalam keadaan sehat. Kebutuhan-kebutuhan logistik, sandang, maupun pangan juga tercukupi,” bebernya.
Kisah Oktaviyaningrum merupakan contoh heroisme seorang ibu di tengah situasi sulit. Keberanian dan kegigihannya dalam melahirkan di tengah banjir patut menjadi inspirasi bagi kita semua. (jn02)