Gagas Program ‘Klaster Bakul Pasar’, Strategi Ahmad Luthfi untuk Tingkatkan Daya Saing Pedagang Pasar Tradisional di Dunia Online

0
WhatsApp-Image-2024-09-19-at-12.48.44_a1dc46ca

Ahmad Luthfi bersama para pedagang di Pasar Karangpandan, Karanganyar, Kamis (19/9/2024) (JatengNOW/Kevin Rama)

KARANGANYAR, JATENGNOW.COM – Calon Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengusulkan pembentukan “Klaster Bakul Pasar Tradisional” sebagai strategi untuk meningkatkan daya saing pedagang pasar tradisional di era digital. Gagasan ini bertujuan agar para pedagang tradisional dapat memanfaatkan pasar online guna meningkatkan jumlah pembeli dan omzet mereka.

Ahmad Luthfi mengakui bahwa persaingan dengan toko online tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, para pedagang pasar tradisional perlu diarahkan untuk terjun ke dunia online.

“Harus dibentuk klaster tersendiri. Pedagang dengan produk yang sama, diwadahi klaster yang sama. Perekonomian pedagang pasar ini tidak boleh mati,” ungkapnya usai berdialog dengan pedagang pakaian di Pasar Karangpandan, Karanganyar, Kamis (19/9/2024).

Ia menekankan bahwa tidak semua pedagang pasar tradisional siap bersaing secara online. Oleh karena itu, pembentukan “Klaster Bakul Pasar” diperlukan, di mana pedagang yang menjual produk sejenis akan mendapatkan pelatihan khusus terkait penjualan online. Ahmad Luthfi juga menambahkan bahwa kreativitas dalam pengemasan barang sangat penting untuk menarik perhatian konsumen di pasar digital.

Langkah ini dianggap mendesak karena tren transaksi di pasar tradisional semakin menurun, keluhan yang juga disampaikan oleh banyak pedagang. Di berbagai wilayah, termasuk Karanganyar, pedagang mengaku merasakan penurunan pendapatan yang signifikan.

Setelah klaster terbentuk dan pelatihan dilakukan, Ahmad Luthfi menyarankan agar pemerintah daerah turut mendampingi para pedagang. Pendampingan ini bertujuan agar pedagang pasar tradisional dapat bertahan dan bersaing di tengah perkembangan teknologi.

Selain fokus pada pasar tradisional, Ahmad Luthfi juga menunjukkan dukungannya bagi para Pedagang Kaki Lima (PKL). Menurutnya, pemerintah harus proaktif dalam menciptakan lokasi strategis yang bisa dijadikan destinasi wisata kuliner atau UMKM, dengan fasilitas yang memadai seperti area parkir yang nyaman.

“PKL ini merupakan kekuatan ekonomi kecil, namun jika dihitung secara keseluruhan, dampaknya sangat besar. Bakul pasar tradisional, PKL, dan UMKM merupakan pondasi ekonomi kita,” tegasnya.

Salah satu pedagang tempe di Pasar Karangpandan, Sutarni, mengungkapkan bahwa penjualannya menurun drastis. Meskipun harga barang tidak berubah, jumlah pembeli terus menurun.

“Mungkin ekonomi sedang sulit, pembeli yang datang sedikit. Kami berharap ada peningkatan pembeli,” ujar Sutarni.

Pedagang di Pasar Karangpandan juga menyampaikan keluhan terkait fasilitas pasar, seperti mushola yang tidak memadai, serta masalah pembangunan pasar yang mangkrak dan tidak sesuai kebutuhan. Pasar sisi utara telah dibangun, namun kondisi los yang terlalu kecil menyulitkan para pedagang dalam berjualan. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *