Kisah Guru TK Sukses Kembangkan Batik Sambiloto, Yang Berawal dari Menganggur Hingga ‘Ngontel 5 kilometer’

Kisah Guru TK Sukses Kembangkan Batik Sambiloto, Yang Berawal dari Menganggur Hingga 'Ngontel 5 kilometer' (JatengNOW/Mifta)
BOJONEGORO, JATENGNOW.COM – Seorang Guru TK di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur sukses mengembangkan kerajinan batik cap. Guru bernama Tatik (52), warga Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas ini berhasil memberdayakan warga sekitar hingga produknya terjual sampai ke luar negeri, seperti Aljazair Afrika.
Tatik saat menjadi narasumber Media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina di Bandung, Senin (3/6/2024) menceritakan penamaan Batik Sambiloto terinspirasi dari tanaman Sambiloto yang banyak tumbuh di desanya. Seperti tanaman Sambiloto yang memiliki banyak manfaat, Ia ingin usaha batiknya juga memberikan hal yang sama.
Terkait pemasaran batik yang dirintis sejak tahun 2017 ini, Pengrajin berusia 52 tahun itu menyebut rajin mengikuti pameran atau event untuk terus memperkenalkan batik Sambiloto. Selanjutnya pemasaran melalui online atau media sosial juga dilakukan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
“Kita sekarang sudah memiliki 10 motif cap yang kita gunakan. Alhamdulillah juga sudah memiliki hak paten,” imbuhnya.
Kesuksesannya dalam mengembangkan batik sambiloto, ternyata menyimpan cerita yang menginspirasi. Ketrampilan membatik dimilikinya berkat adanya pelatihan- pelatihan baik dari pemerintah kabupaten maupun provinsi.
“Dulu saya menganggur, saya kalau atang ke tempat pelatihan sendiri dan naik sepeda sejauh 5 kilometeran. Tekad saya waktu itu ingin punya teman dan bisa berkreasi serta bermanfaat, yang akhirnya berbekal kemampuan dari pelatihan saya mengajak ibu- ibu di sekitar rumah saya untuk belajar membatik,” ungkapnya.
Perjalanan usaha batik Sambiloto tak semulus yang orang kira, Ia mengungkapkan, cobaan berat ketika pandemi Covid-19 melanda mulai tahun 2019. Kelompok Kembang Sambiloto yang beranggotakan 15 orang itu terpaksa bubar, karena penjualan batik yang merosot drastis dan para anggota akhirnya memilih untuk beralih ke pekerjaan lain.
Kondisi tersebut ternyata tak membuatnya patah semangat. Ia tetap melanjutkan usaha membatiknya sendiri sembari mencari solusi.
Salah satu langkah yang ditempuhnya yaitu mengajukan proposal ke Pertamina EP Sukowati, yang kabarnya memiliki program pemberdayaan desa. Gayung bersambut, pihak Pertamina merespon proposal yang dibuatnya.
Pendampingan dari Pertamina EP membantunya untuk mengaktifkan kembali kelompok kembang Sambiloto yang sempat bubar. Bantuan pelatihan pemasaran dan peralatan dari Pertamina Sukowati Field , seperti memberi asa kepada para Srikandi Sambiroto itu.
“Fasilitas dari Pertamina EP itu kita diberi pelatihan, diberi cap. Sangat membantu sekali,” ungkapnya.
Tak hanya berkutat pada produksi dan penjualan saja, Tatik bersama anggota kelompoknya juga memberikan pelatihan kepada generasi muda.
“Kita juga mengadakan kelas membatik untuk anak- anak TK, SD, SMP dan SMA agar generasi muda juga tertarik untuk terjun ke dunia batik. Kita juga memberi pelatihan ke ibu- ibu PKK, ” tuturnya yang ingin batik di Bojonegoro bisa semakin populer dan menarik bagi generasi muda. (JN05)