Melawan Ancaman Siber, Jateng Luncurkan Si Mega Ruber
SEMARANG, JATENGNOW.COM – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) meluncurkan Sinergitas Menjaga Ruang Siber (Si Mega Ruber) sebagai upaya memperkuat keamanan informasi di wilayahnya.
Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi (Rakor) dan peluncuran Si Mega Ruber di Semarang, Selasa (23/7/2024), mengatakan bahwa keamanan informasi menjaditanggung jawab semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Kita perlu bagaimana kita menjaga ruang siber,” tegas Sumarno.
Menurutnya, dibutuhkan tim siber yang kompeten dan memiliki komitmen untuk mencegah, mengantisipasi, dan menangani insiden keamanan siber. Sinergi dan kolaborasi antar stakeholder sangat diperlukan untuk membangun kapasitas dan menangani insiden siber dengan baik.
Kepala Diskominfo Provinsi Jateng, Riena Retnaningrum, menambahkan bahwa dunia digital terus berkembang dan aplikasi pun terus bertambah, sehingga dibutuhkan pelatihan sumber daya manusia (SDM), penguatan infrastruktur, dan peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
“Itu bukan hanya tanggung jawab Dinas Kominfo, tapi seluruh stakeholder, seluruh person, harus bisa menjaga ruang server-nya masing-masing,” tegas Riena.
Dia menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memiliki agen reaksi cepat dalam penanganan atau CSIRT, termasuk para OPD Jateng juga telah memiliki CSIRT. Hal serupa juga sudah dimiliki kabupaten dan kota di Jateng.
“Kita bersinergi, saling menjaga agar rumah siber kita tidak dimasuki orang. Harus ada SDM yang kompeten, SDM yang mempunyai komitmen, SDM yang mempunyai knowledge terkait dengan penjagaan ruang siber,” jelasnya.
Praktisi keamanan informasi dan siber, Tri Febrianto, mengatakan bahwa upaya yang harus dilakukan pemerintah provinsi dalam mengamankan sistem informasi adalah dengan menanamkan rasa peduli akan pengamanan sistem di sisi siber, baik teknis maupun nonteknis.
“Contohnya tadi kalau nonteknis adalah kesadaran mereka untuk bisa memberlakukan, atau mempunyai habit yang aman masalah siber, seperti membuat password,” ungkapnya.
Tri menambahkan bahwa di sisi teknis, membuat aplikasi tidak cukup memastikan berfungsi dengan baik, tetapi bagaimana memikirkan risiko ancaman siber dunia.
“Jadi itu seperti by design. Tapi tidak hanya itu, yang utama adalah SOP yang dijalankan, dan kapasitas harus di-upgrade itu juga ya, juga didukung dengan anggaran yang baik untuk membantu di sisi teknologinya. Karena memang perlu adanya teknologi untuk mendukung dan membantu untuk mengontrol itu. Jadi paling tidak, ada peringatan dini (early warning) kalau memang ada sesuatu yang mengancam, dan langsung bisa menghentikan,” ujarnya. (jn02)