Kemarau Basah Ganggu Tanam Tembakau di Rembang, Petani Diimbau Waspadai Genangan Air

0
IMG-20250623-WA0160

REMBANG, JATENGNOW.COM – Musim kemarau tahun ini tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Curah hujan yang masih tinggi hingga pertengahan Juni membuat para petani tembakau di Kabupaten Rembang harus berhadapan dengan tantangan yang tidak biasa. Kondisi cuaca basah berdampak langsung pada pertumbuhan tanaman tembakau, terutama yang ditanam di lahan sawah.

Plt Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Fajar Riza Dwi Sasongko, menjelaskan bahwa penanaman tembakau di wilayahnya sudah berlangsung sejak Maret 2025. Dari total luas tanam sekitar 10.000 hektare, sekitar 70 persen lahan telah ditanami. Sebagian besar di antaranya, yakni 9.000 hektare, dikelola dengan sistem kemitraan, sementara sisanya merupakan non-kemitraan.

Namun, hanya sekitar 30 persen tanaman yang saat ini menunjukkan pertumbuhan optimal.

“Yang banyak gagal ini tembakau yang ditanam di sawah. Karena sistem pembuangan airnya rata-rata belum bagus, jadi saat turun hujan deras, air tergenang cukup lama,” ujar Fajar, Senin (23/6/2025).

Ia menjelaskan, genangan air di lahan sawah menjadi masalah utama.

“Air jadi ngecembong, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tembakau terhambat. Kalau air lama menggenang dua sampai tiga hari, bisa membuat tanaman menjadi layu,” tambahnya.

Berdasarkan prediksi BMKG, kondisi kemarau basah ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus, bahkan bisa berlanjut hingga akhir tahun. Menyikapi hal ini, Dintanpan Rembang mengimbau petani agar lebih waspada dan menyesuaikan strategi budidaya.

“Kami terus memberikan informasi kepada petani bahwa musim kemarau ini cenderung basah. Mereka perlu mengantisipasi jika tetap ingin menanam tembakau,” tegas Fajar.

Sebagai bentuk dukungan, pemerintah menyalurkan berbagai bantuan sarana produksi (saprodi) yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Bantuan tersebut meliputi pupuk ZA 150.300 kg, ZK 32.800 kg, ZPT 16 liter/kg, NPK rendah klor 5.000 kg, pupuk organik 8.450 kg, dan SP26 sebanyak 40 ton.

Selain itu, disalurkan pula bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), seperti mesin rajang (7 unit), para-para (750 buah), motor roda tiga (6 unit), timbangan digital (7 unit), dan unit pengolahan hasil (1 unit). Pemerintah juga mengadakan tiga sesi pelatihan bagi petani terkait budidaya dan pengolahan tembakau.

“Kalau alsintan dari pemerintah provinsi sudah diserahkan, tapi yang dari Pemkab masih dalam proses pengadaan,” ujar Fajar.

Ia menekankan pentingnya pengolahan lahan yang baik agar air hujan bisa cepat terbuang dan tidak menggenangi tanaman. Selain itu, petani juga diminta untuk selalu waspada terhadap cuaca ekstrem. Dintanpan mencatat, seorang petani dari Desa Kedungasem, Kecamatan Sumber, meninggal dunia akibat tersambar petir saat mengolah lahan beberapa waktu lalu. (jn02)

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *