Pemerintah Siapkan Generasi Tangguh Lewat Tiga Strategi: Gizi, Digital, dan Budaya

Melalui literasi digital, program konten positif, dan kolaborasi dengan lembaga budaya, pemerintah hadir menyeimbangkan percepatan teknologi dengan pelestarian identitas nasional. Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Menkomdigi RI), Meutya Hafid, saat menghadiri pertunjukan budaya di Pura Mangkunegaran Solo Jawa Tengah, Sabtu (4/10/2025). (Foto: Istimewa/ Dok. Kemkomdigi)
SOLO, JATENGNOW.COM – Pemerintah terus memperkuat upaya perlindungan dan pembangunan generasi muda Indonesia melalui tiga strategi utama, yakni pemenuhan gizi, penguatan literasi digital, dan pelestarian budaya. Langkah ini ditegaskan oleh Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Menkomdigi RI) Meutya Hafid saat menghadiri pertunjukan budaya di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (4/10/2025).
Meutya menjelaskan, pemerintah telah resmi memberlakukan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP TUNAS). Aturan tersebut mengharuskan seluruh platform digital menyediakan sistem penyaringan konten, verifikasi usia, dan kontrol orang tua guna melindungi anak dari paparan konten berbahaya.
“Platform digital harus menyediakan filter konten, verifikasi usia, dan kontrol orang tua. Anak-anak berhak tumbuh aman, sehat, dan terlindungi,” tegas Meutya.
Selain regulasi digital, dua strategi lain turut menjadi fokus pemerintah, yaitu peningkatan gizi melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), serta penguatan karakter bangsa lewat kolaborasi dengan lembaga budaya. Menkomdigi memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang mudah dipahami mengenai kedua program tersebut agar orang tua mengetahui manfaat langsung bagi tumbuh kembang anak.
Menurut Meutya, kemajuan teknologi digital memang membawa kemudahan, namun tidak boleh menggeser peran budaya sebagai akar pembentukan karakter bangsa.
“Ruang digital tidak boleh mendominasi seluruh kehidupan anak. Mereka pun tetap harus bersentuhan dengan budaya dan pengalaman nyata. Mangkunegaran, misalnya, bisa menjadi ruang belajar bagi generasi muda agar dekat dengan akar budaya bangsa,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa Kementerian Komunikasi dan Digital tidak hanya berperan dalam pengaturan tata kelola ruang siber, tetapi juga memastikan ruang komunikasi menjadi wadah penyebaran nilai-nilai budaya bangsa. Melalui literasi digital, penyediaan konten positif, dan kerja sama dengan lembaga budaya, pemerintah berupaya menyeimbangkan percepatan teknologi dengan pelestarian identitas nasional.
“Dengan demikian, anak-anak tidak hanya terlindungi dari sisi digital, tetapi juga mendapatkan ruang pembelajaran yang menanamkan rasa cinta tanah air, menghormati kearifan lokal, dan membangun karakter kebangsaan,” ujar Meutya.
Menkomdigi menegaskan bahwa tujuan akhir dari strategi terpadu ini adalah melahirkan anak Indonesia yang aman di dunia digital, sehat secara jasmani, dan kuat dalam identitas budaya menuju Indonesia Emas 2045. (jn02)